Tuesday 25 August 2015

Keadilan Allah untuk Satu Orang Penggembala

Keadilan Allah untuk Satu Orang Penggembala

Seorang pemuda yang masih jejaka kelihatan begitu kelelahan dan kehausan. Maka tatkala tiba di disuatu oase yang bening airnya bersama tanaman rindang disekelilingnya, Penunggang Kuda itu cream pemutih wajah menghentikan kudanya dan turun ditempat tersebut. Beliau berbaring, dahulu meletakkan sebuah bungkusan disampingnya.
cream pemutih wajah

 Matahari sangat terik, namun disitu amat teduh, sehingga tak dgn sengaja dia tertidur pulas setelah memuaskan dahaganya dgn meminum air bening di oase tadi.

Waktu dia terjaga, matahari sejak mulai sejak condong. Beliau sedang mengejar disaat lantaran ibunya sakit keras. Tampaknya beliau anak satu orang yang kaya raya, terlihat dari pakaiannya yang mewah dan kudanya yang mahal. Dengan tergesa-gesa beliau melompat ke punggung kuda dan bungkusannya tertinggal sebab ia hanya berpikir untuk serta-merta tiba dirumah menunggui ibunya yang sedang sekarat. Bapaknya sudah meninggal dibunuh orang sekian tidak sedikit tahun yang lalu.

Tidak lama setelah dia meninggalkan area tersebut, seorang penggembala lewat ditempat tersebut. beliau terkesima melihat ada sebuah bungkusan kain tergeletak di bawah pohon. Diambilnya bungkusan itu, lalu dibawanya pulang kegubuknya yang buruk.

 Alangkah gembiranya hati si anak gembala tersebut sewaktu menonton bungkusan tersebut ternyata isinya emas dan perak yang sangat amat berharga. Beliau yatim piatu dan terus kecil sehingga penemuan itu di anggapnya adalah hadiah baginya.

Tak berapa lama, satu orang kakek yang sudah bungkuk berjalan terseok-seok melalui oase tadi. Karena kelelahan ia beristirahat di bawah pohon yang rimbun. Belum sempat dia

 melepas lelah, anak muda penunggang kuda yang tertidur sebelumnya dibawah pohon tadi datang hendak mengambil bungkusan yang tertinggal.

Selagi dirinya sampai, alangkah terkejutnya pemuda tersebut menyaksikan bahwa dipohon tersebut tidak lagi menemukan bungkusan kain. Yang terlihat hanyalah seorang kakek. Maka

 pemuda itu bersama suara keras bertanya pada si kakek, "Mana bungkusan yang tadi disini ?"

 "Saya tidak tahu," jawab kakek dgn gemetar.

 "Jangan bohong !" bentak si Pemuda.

 "Sungguh, kala saya tiba disini, tidak ada apa-apa kecuali kotoran kambing". jawab si kakek.

 "Kurang ajar ! Kamu mau mempermainkan aku ? Pasti engkau yang mengambil bungkusanku dan menyembunyikan di satu buah area.. Ayo kembalikan !"

 "Bungkusan itu baru kuambil dari rekan ayahku yg yakni warisan yang telah dititipkan ayahku kepadanya buat diserahkan kepadaku seandainya aku sudah dewasa, ialah disaat ini

 ini. Kembalikan !" lanjut si Pemuda

 "Sumpah tuan, saya tidak tahu," sahut kakek tersebut makin ketakutan.

 "Kurang ajar ! Bohong ! Ayo serahkan kembali. Jikalau tidak ,tahu rasa nanti" hardik Pemuda tadi.

Karena kakek itu tidak tahu apa-apa, maka beliau masihlah bersikeras tidak melihat bungkusan tersebut. Si Pemuda tidak sanggup bakal mengendalikan kemarahannya lagi. Dicabutnya

 pedang pendek dari pinggangnya dan akhirnya kakek tadi di bunuhnya. Setelah itu ia mencari kesana-kemari mencari bungkusan yang dia tinggalkan. Mampu tetapi tidak ditemukan. Setelah itu ia naik ke punggung kuda dan memacunya ke rumahnya dengan perasaan marah dan kecewa.

Informasi ini ditanyakan terhadap Nabi Musa oleh salah seorang muridnya. "Wahai Nabiyullah, bukankah cerita tersebut justru menunjukan ketidak adilan Allah ?"

 "Maksudmu ?" tanya Nabi Musa.

 "Kakek itu tidak berdosa namun menanggung malapetaka yang tidak patut diterimanya. Sedangkan si anak gembala yang mengantungi harta tadi malah bebas tidak mendapatkan balasan yang setimpal".

 "Menurutmu Tuhan tidak adil ?" papar Nabi Musa terbelalak.

 "Masya Allah. Dengarkan baik-baik latar belakang ceritanya". Seterusnya Nabi Musa serta bercerita.

 "Ketahuilah, dahulu ada seorang petani hartawan dirampok semua perhiasan harta benda miliknya oleh dua orang bandit yang kejam. setelah berhasil merampok, harta itu dibagi dua oleh perampok tersebut. Dalam pembagian harta rampokan tersebut berlangsung kecurangan oleh salah seorang bandit yang tamak sehingga harta rampokkan tersebut dikuasainya sendiri setelah membunuh kawannya. Bandit yang tamak itu ialah kakek yang di bunuh oleh pemuda tadi. Sedangkan bandit yang dibunuh oleh kakek itu ialah ayah dari pemuda yang membunuh kakek tadi. Disini berarti nyawa di bayar nyawa. Sedangkan petani yang hartawan itu ialah ayah dari si pemuda gembala tadi yang mengambil bungkusan kain tadi. Itulah keadilan Tuhan. Harta kekayaan telah kembali kepada yang mempunyai wewenang dan kejahatan dua bandit tadi telah mendapati balasan yang setimpal. Biarpun peristiwanya tidak terjadi cocok pada masanya".

 Refleksi Hikmah :

 Marilah kita menyaksikan sejenak ke belakang. Ke masa lalu. Apakah kita pernah lakukan satu buah kesalahan ? Minta maaf lah. dan carilah ridho dari orang yang pernah kita dzalimi. Sanggup Menjadi bukan kita yang sanggup merasakan dampak tidak baik kesalahan kita. kemungkinan anak kita ataupun cucu cucu kita.

 Apapun yang sudah kita melaksanakan entah itu adalah sebuah kebaikan ataupun satu buah keburukan. Pasti bisa ada balasan yang setimpal bagi para pelakunya.

 Keadilan Allah untuk Satu Orang Penggembala

Satu Orang pemuda yang tetap muda terlihat begitu kelelahan dan kehausan. Maka selagi tiba di disuatu oase yang bening airnya dgn tanaman rindang disekelilingnya, Penunggang Kuda itu menghentikan kudanya dan turun ditempat tersebut. Ia berbaring, dahulu meletakkan sebuah bungkusan disampingnya.

 Matahari amat sangat terik, namun disitu teramat teduh, sehingga tanpa sengaja beliau tertidur pulas setelah memuaskan dahaganya dengan meminum air bening di oase tadi.

Waktu ia terjaga, matahari mulai sejak condong. Ia sedang mengejar waktu sebab ibunya sakit keras. Tampaknya dirinya anak seorang yang kaya raya, nampak dari pakaiannya yang mewah dan kudanya yang mahal. Dgn tergesa-gesa dirinya melompat ke punggung kuda dan bungkusannya tertinggal dikarenakan ia hanya berpikir untuk langsung tiba dirumah menunggui ibunya yang sedang sekarat. Bapaknya sudah meninggal dibunuh orang sekian tidak sedikit tahun yang lalu.

Tidak lama setelah ia meninggalkan area tersebut, satu orang penggembala lewat ditempat tersebut. beliau terkesima melihat ada satu buah bungkusan kain tergeletak di bawah pohon. Diambilnya bungkusan itu, dahulu dibawanya pulang kegubuknya yang jelek.

 Alangkah gembiranya hati si anak gembala tersebut tatkala melihat bungkusan tersebut ternyata isinya emas dan perak yang amat sangat berharga. Dirinya yatim piatu dan masih kecil sehingga penemuan itu di anggapnya ialah hadiah baginya.

Tak berapa lama, satu orang kakek yang sudah bungkuk berjalan terseok-seok melalui oase tadi. Lantaran kelelahan dia beristirahat di bawah pohon yang rimbun. Belum sempat beliau

 melepas lelah, anak belia penunggang kuda yang tertidur pada awal mulanya dibawah pohon tadi datang hendak mengambil bungkusan yang tertinggal.

Selama ia sampai, alangkah terkejutnya pemuda tersebut melihat bahwa dipohon tersebut tidak lagi menemukan bungkusan kain. Yang kelihatan hanyalah satu orang kakek. Maka

 pemuda itu dgn suara keras bertanya pada si kakek, "Mana bungkusan yang tadi disini ?"

 "Saya tidak tahu," jawab kakek dengan gemetar.

 "Jangan bohong !" bentak si Pemuda.

 "Sungguh, saat saya tiba disini, tidak ada apa-apa kecuali kotoran kambing". jawab si kakek.

 "Kurang ajar ! Kamu mau mempermainkan aku ? Pasti engkau yang mengambil bungkusanku dan menyembunyikan di suatu ruang.. Ayo kembalikan !"

 "Bungkusan itu baru kuambil dari sahabat ayahku juga sebagai warisan yang telah dititipkan ayahku kepadanya buat diserahkan kepadaku seandainya aku sudah dewasa, yaitu waktu ini

 ini. Kembalikan !" lanjut si Pemuda

 "Sumpah tuan, saya tidak tahu," sahut kakek tersebut makin ketakutan.

 "Kurang ajar ! Bohong ! Ayo serahkan kembali. Apabila tak,tahu rasa nanti" hardik Pemuda tadi.

Lantaran kakek itu tidak tahu apa-apa, maka dia tetap bersikeras tidak menonton bungkusan tersebut. Si Pemuda tidak bisa akan mengendalikan kemarahannya lagi. Dicabutnya

 pedang pendek dari pinggangnya dan akhirnya kakek tadi di bunuhnya. Setelah itu beliau mencari kesana-kemari mencari bungkusan yang beliau tinggalkan. Mampu tapi tidak ditemukan. Setelah itu ia naik ke punggung kuda dan memacunya ke rumahnya dengan perasaan geram dan kecewa.

Info ini ditanyakan terhadap Nabi Musa oleh salah satu orang muridnya. "Wahai Nabiyullah, bukankah cerita tersebut justru menunjukan ketidak adilan Allah ?"

 "Maksudmu ?" tanya Nabi Musa.

 "Kakek itu tidak berdosa tetapi menanggung malapetaka yang tidak patut diterimanya. Sedangkan si anak gembala yang mengantungi harta tadi malah bebas tidak mendapati balasan yang setimpal".

 "Menurutmu Tuhan tidak adil ?" tutur Nabi Musa terbelalak.

 "Masya Allah. Dengarkan baik-baik latar belakang ceritanya". Kemudian Nabi Musa pun bercerita.

 "Ketahuilah, lalu ada seorang petani hartawan dirampok semua perhiasan harta benda miliknya oleh dua orang bandit yang kejam. setelah berhasil merampok, harta itu dibagi dua oleh perampok tersebut. Dalam pembagian harta rampokan tersebut terjadi kecurangan oleh salah satu orang bandit yang tamak sehingga harta rampokkan tersebut dikuasainya sendiri setelah membunuh kawannya. Bandit yang tamak itu adalah kakek yang di bunuh oleh pemuda tadi. Sedangkan bandit yang dibunuh oleh kakek itu yakni ayah dari pemuda yang membunuh kakek tadi. Disini berarti nyawa di bayar nyawa. Sedangkan petani yang hartawan itu merupakan ayah dari si pemuda gembala tadi yang mengambil bungkusan kain tadi. Itulah keadilan Tuhan. Harta kekayaan telah kembali pada yang mempunyai wewenang dan kriminal dua bandit tadi telah memperoleh balasan yang setimpal. Walau peristiwanya tidak berlangsung cocok terhadap masanya".

 Refleksi Hikmah :

 Marilah kita melihat sejenak ke belakang. Ke periode dahulu. Apakah kita pernah melakukan satu buah kesalahan ? Minta maaf lah. dan carilah ridho dari orang yang pernah kita dzalimi. Bisa Saja Saja bukan kita yang bakal merasakan dampak tak baik kesalahan kita. bisa jadi anak kita ataupun cucu cucu kita.

 Apapun yang sudah kita lakukan entah itu adalah satu buah kebaikan ataupun satu buah keburukan. Pasti dapat ada balasan yang setimpal bagi para pelakunya.

No comments:

Post a Comment

Blog Archive